Janganlah sekali kali kamu mengira bahwa orang orang yang gugur di jalan Allah itu mati, tetapi mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki." (QS. Al Baqarah, 169)
JASAD SYUHADAA' dengan kulit nya, rambut nya dan kuku kuku nya tersebar bergeletakan di gurun Uhud.
Waktu terjadi banjir di madinah, kuburan 70 orang keluarga perang uhud itu kena banjir, mayatnya timbul keluar, masih utuh karena dikubur dipasir. Sampai banjir surut, darahnya masih mengalir harum. Terus dikubur lagi, tapi sudah tidak ditandai nama nama mayat tsb, yang ditandai karena dikenali cuma 2, yaitu Hamzah karena diketahui dadanya bolong dan jantungnya tidak ada karena telah dimakan oleh hindun, badannya tinggi besar. Jasadnya masih berdarah, dan harum, bahkan tangannya masih menutup lukanya dilambung yang terkena tombak, yang masih keluar darah, walaupun sudah beberapa ribu tahun. Dan yang satu lagi adalah Abdullah bin Jaz karena diketahui kuping dan hidungnya terpotong-potong karena diikat benang. Kedua orang inilah yang sekarang nisannya ada di Uhud. Jadi kalau sekarang kita berziarah ke gunung uhud, hanya ada 2 nisan saja.
Sebuah “Kesaksian”
Dr Thariq As-Suwaidan dalam kasetnya yang berharga, “Qisshatun Nihayah”, yang dinukil secara langsung dari Syaikh Mahmud Ash-Shawaf menyebutkan peristiwa besar yang dialami oleh sebagian ulama dalam penguburan ulang sebagian sahabat yang gugur syahid di perang Uhud.
Bagaimana mereka menyaksikan para sahabat setelah 1400 tahun berlalu, bagaimana jasad mereka seperti sedia kala tanpa perubahan, tanpa pembusukan. Sebagai bukti nyata atas kebenaran berita gembira dari Nabi Muhammad SAW kepada para syuhada, bahwa bumi tidak memakan jasad mereka.
Berikut adalah sebagian dari kaset pembicaraan Dr Thariq As-Suwaidan tentang peristiwa tersebut.
“Syaikh Mahmud Ash-Shawaf telah menyampaikan kepada kami bahwa dia adalah salah seorang yang diundang dari kalangan ulama besar untuk pemakaman ulang para sahabat yang gugur syahid di perang Uhud di kompleks kuburan syuhada Uhud, pekuburan yang terkenal. Karena diterjang banjir, maka sebagian jasadnya muncul ke permukaan. Para ulama diundang untuk mengubur ulang para sahabat tersebut.
Beliau berkata” Di antara orang yang aku kuburkan adalah Hamzah, badannya besar, kedua telinga dan hidungnya terpotong, perutnya terbelah, dia meletakkan tangannya diatas perutnya. Ketika kami menggerakkannya dan mengangkat tangannya, darahnya mengalir. Aku menguburkannya bersama sahabat-sahabat lainnya yang gugur syahid di Uhud.”
Dr Thariq As-suwaidan berkata,” ini adalah perkara yang terbukti secara mutawatir dan dengan mata kepala. Semoga Allah menyampaikan kita semua ke derajat para syuhada. Syaikh Mahmud telah menyampaikan kepada kami tentang aroma harum misk yang berasal darinya ketika darah mengalir dari jasad Hamzah.”
Subhanallah, setelah 1400 tahun lebih, betapa agungnya Engkau ya Allah. Alangkah besarnya kekuasaan-Mu, Maha suci Engkau. Betapa utamanya, betapa mulianya, Allah memberikannya kepada para syuhada. Jika seperti itu kemuliaan jasadnya yang terpendam di perut bumi yang tak seorangpun melihatnya, lalu bagaimanakah dengan kemuliannya di surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Selamat bagi yang telah melihat sahabat mulia ini, Hamzah bin Abdul Mutthalib paman Rasulullah SAW
Jasad Syuhada Yang Tidak Mengalami Pembusukkan
Jabir bin Abdillah bercerita, ”Menjelang perang Uhud, ayahku memanggilku pada malam hari. Ia berkata: ’Aku merasa akan menjadi orang yang paling pertama gugur di antara para sahabat Nabi SAW. Sungguh aku tidak meninggalkan sesuatupun yang lebih kusayangi selain engkau, disamping Nabi SAW. Sesungguhnya aku memiliki hutang, maka lunasilah. Dan bersikap baiklah kepada saudara-saudara perempuanmu.’ Keesokan harinya, ia pun menjadi orang yang pertama gugur. Ia dimakamkan bersama orang yang lain dalam satu lubang kubur. Tetapi hatiku merasa kurang nyaman membiarkan ayahku membagi lubang kubur bersama orang lain. Enam bulan kemudian, aku membongkar makamnya dan mengeluarkannya. Ajaib, jasadnya masih tetap utuh sama seperti pertama kali aku menguburkannya.” (HR. Bukhari, Fathul Bari, 3/214 )Petikan hadist di atas membuktikan dimana ayah Jabir terbunuh dalam perang Uhud dan ketika enam bulan kemudian makamnya dibongkar, maka jasadnya tetap utuh. Enam bulan adalah waktu yang lama di mana tubuh mayat seharusnya sudah hancur berantakan. Penelitian membuktikan bahwa 24-36 jam pertama mayat dikuburkan, maka bola mata mulai menonjol dan kornea menghitam. Cabang-cabang urat nadi mulai terlihat di perut dan dada. 2-5 hari berikutnya, wajah dan seluruh tubuh menggelembung, dari tubuh mayat keluar bau busuk. Setelah melewati 5-10 hari, kulit mulai rapuh dan tubuh di kerubungi larva. Organ-organ tubuh meleleh ke tanah dan mulai menyisakan tulang saja. (dinukil dari buku Ushuluth Thibbisy Syar’i, Dr. Muhammad Ahmad Sulaiman)
CATATAN KAKI:
- Dalam buku sejarah bencana banjir pertamakali terjadi pada tahun 46 Hijriah atau 667 Masehi atau 43 tahun setelah Perang Uhud yang cerita nya mirip, yaitu jasad jasad mereka mengapung.
- Dalam cerita DR. Thariq ini saya tidak tahu banjir yang keberapa dan tahun berapa.
-Dr. Thariq
'JANGAN TERLALU CEPAT MEMBUANG HAL-HAL YANG PEDAS, CUBALAH SEDIKIT MENAHAN RASA TERSEBUT, BARANGKALI DI BALIK ITU ADA KENIKMATAN YANG TERSEMBUNYI'
Selasa, 13 Ogos 2013
Rabu, 31 Julai 2013
UJIAN DI DUNIA SEBENTAR CUMA..
Ujian | Malam itu, usai solat sunat ba’da Isyak, aku pun kembali ke kamar. Kitab Al Quran Tafsir yang baru kumiliki hujung tahun lepas kugapai lembut. Seperti biasa, aku akan bertilawah sekitar dua hingga tiga helai muka selepas solat. Kalau tidak, pasti susah nak istiqamah membaca Al Qur’an ini. Teringat pesanan salah seorang murabbiku,
“Ketika mana kita menjauhi Al Qur’an, bacaan kita menjadi malas-malas, hafazan kita menjadi tidak menentu, dan amalan kita menjadi kaku, ketika itu, ertinya hati kita sedang sakit.”
Jadi kalau kita bermalas-malasan dalam mendirikan amalan membaca Al Qur’an ini, berjaga-jaga. Barangkali hati sudah beku membatu.
Malam itu aku menyambung tilawah dan tadabburku dengan surah Al Qasas. Surah ini adalah hadiah yang besar buat Allah swt kepadaku malam ini. Terlalu mahal kisah-kisah yang dihidangkan oleh surah ini. Kisah yang tidak mungkin akan luput pengajarannya hingga akhir zaman. Kisah yang terlalu besar implikasinya kepada generasi kemudian. Kisah yang didalamnya terkandung begitu banyak pengorbanan yang menggegarkan.
Kisah Fir’aun dan Nabiullah Musa a.s.
Bismillahi rrahmani rrahim.
(1 ) طسم
Tho Siin Mmiim.
Entah mengapa malam itu terasa sugul sekali. Tiba-tiba saat aku melepaskan nafas setelah membaca 3 huruf ini, dada menjadi berat. Sepertinya lidah ini tidak layak langsung untuk menuturkan ayat yang berikutnya. Kerongkongku bagaikan tersekat. Mataku jadi bergenang. Terasa panas tebing mataku. Aku berhenti seketika. Kususun semula nafasku. Dalam hati, aku merayu kepada Allah swt, ‘Duhai Rabb, izinkanlah diri yang kerdil ini membaca kalam muliaMu…izinkanlah aku mendapat manfaatnya… sekalipun aku sering menzalimi diriku…’
Aku teruskan bacaanku.
تِلكَ ءايٰتُ الكِتٰبِ المُبينِ ﴿٢﴾ نَتلوا عَلَيكَ مِن نَبَإِ موسىٰ وَفِرعَونَ بِالحَقِّ لِقَومٍ يُؤمِنونَ ﴿٣﴾
Ini ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang jelas (dari Allah) (2) Kami membacakan kepadamu sebahagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan sebenarnya untuk orang-orang yang beriman (3)
Allah….
Baris ketiga surah ini bagaikan menikam hatiku sedalam-dalamnya. Aku ulang sekali lagi kerana pandanganku kabur dek genangan air mata yang menakung di kelopak mataku.
نَتلوا عَلَيكَ مِن نَبَإِ موسىٰ وَفِرعَونَ بِالحَقِّ لِقَومٍ يُؤمِنونَ ﴿٣)
Kami membacakan kepadamu sebahagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan sebenarnya untuk orang-orang yang beriman (3)
Allah….
Tiba-tiba, terasa bagai kosong dunia sekelilingku. Mata yang sudah bergenang tadi menjadi tidak tertahan-tahan lagi. Air mata panas mula mengalir. Butir demi butir. Menitis diatas lembaran Al-Qur’an yang masih ditanganku.
Astaghfirullah. Astaghfirullah…
Layakkah untuk diri ini mendengarkan kisah ini wahai Rabb? Kerana Kau khususkan ceriteraMu buat hamba-hambaMu yang beriman…Dimanakah kedudukanku? Adakah aku dapat memasukkan diriku ke dalam ‘audiens’ yang Engkau maksudkan? Ataukah selama ini, aku cuma bertepuk sebelah tangan? Ya Allah, jadikan aku orang beriman itu ya Allah, yang Kau pilih untuk menjadi pendengar kisah ini. Yang Kau pilih untuk menjadi ‘audiens’Mu.
Dengan penuh rasa hubb (cinta), khauf (takut) dan roja’ (harap), aku meneruskan bacaanku. Moga-moga dapatku rasakan bahawa Allah swt benar-benar menceritakan kisah ini untuk diriku.
Baris demi baris, ayat demi ayat, akhirnya aku tiba di bahagian kisah dilemma ibu nabi Musa a.s tatkala Musa a.s dilahirkan dalam suasana yang menggentarkan. Fir’aun yang hakikatnya ketakutan dan kerisauan bagaikan menggila di serata negeri. Bayi-bayi lelaki dibunuh dengan kejam dan ngeri. Kegemilangan kerajaannya terbina diatas darah bayi-bayi yang tidak bersalah. Allah swt menceritakan dengan jelas dalam surah ini,
إِنَّ فِرعَونَ عَلا فِى الأَرضِ وَجَعَلَ أَهلَها شِيَعًا يَستَضعِفُ طائِفَةً مِنهُم يُذَبِّحُ أَبناءَهُم وَيَستَحيۦ نِساءَهُم ۚ إِنَّهُ كانَ مِنَ المُفسِدينَ ﴿٤﴾
Sungguh, Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil) dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir’aun) termasuk orang yang berbuat (kerusakan) (4)
Ibu manalah yang tidak gusar memikirkan keselamatan bayi lelakinya tatkala jiran tetangganya ramai yang sudah dirampas dan dibunuh bayi lelaki mereka. Tidak mampu dibayangi oleh kita, betapa besar ujian Allah keatas ibu nabi Musa as. Hari ini, ibu-ibu yang mengandung pasti mengira-ngira detik kelahiran anak mereka dan membayangkan yang indah-indah tatkala bayi telah dilahirkan nanti. Tapi ibu nabi Musa as dibayangi dan diburu ketakutan dan kerisauan. Bimbang dan susah hati, kalau bayinya lelaki, pasti kelak akan dibunuh.
Taqdir Allah swt mengatasi segalanya. Lahirlah Musa as dalam keadaan kesihatan yang baik dan sempurna. Bertambahlah gusar sang ibu, memikirkan nasib bayinya yang tercinta.
Lalu Allah swt yang terus menerus mendengar suara hati Ibu Musa mengilhamkan kepadanya jalan keluar.
وَأَوحَينا إِلىٰ أُمِّ موسىٰ أَن أَرضِعيهِ ۖ فَإِذا خِفتِ عَلَيهِ فَأَلقيهِ فِى اليَمِّ وَلا تَخافى وَلا تَحزَنى ۖ إِنّا رادّوهُ إِلَيكِ وَجاعِلوهُ مِنَ المُرسَلينَ ﴿٧﴾
Dan kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya salah seorang Rasul.” (7)
Allah…
Bayangkan. Bukanlah Allah swt mewahyukan kepada wanita ini bahawa Allah swt akan menyelamatkan bayinya dengan tiba-tiba di dalam rumah mereka.Sebaliknya, Musa a.s perlu dibawa keluar dari rumah, perlu dihanyutkan pula ke sungai yang luas. Sudahlah tentera fir’aun yang kejam sedang berkeliaran memburu mangsa. Bagaimana kalau ketika sedang membawa Musa ke sungai, mereka terserempak dengan tentera Fir’aun? Bagaimana pula kalau tentera Fir’aun menjumpai Musa a.s di tebing sungai dimana dia dihanyutkan?
Bayangkan betapa besar dilemma sang ibu ini. Betapa besar imannya kepada Allah. Bukan kecil ujian Allah keatasnya. Bayi yang baru sahaja dilahirkan, perlu dihanyutkan di sungai yang terdedah, bukan sahaja kepada tentera Firaun, malah terdedah juga kepada binatang-binatang buas disana.
Ibu Musa menggagahkan jua hatinya. Bayi comelnya dilepaskan ke sungai dengan hati yang berkecamuk. Tidaklah diketahuinya nasib dirinya, mahupun nasib bayinya. Dia Cuma berserah bulat-bulat kepada Allah swt, Tuhan Yang Maha Berkuasa. KepadaNyalah disandarkan segala harapan dan tawakkalnya. Dari jauh, sayup-sayup, jasad Musa hilang dari pandangannya. Arus begitu deras menolak bayi itu jauh dari ibunya. Hatinya yang tadi sudah yakin dengan pertolongan Allah tiba-tiba kembali gusar. Kerisauan seolah-olahnya kembali segar. Allah swt menceritakan hakikat ini dalam ayat ke-10 surah ini. Allah jualah yang meneguhkan hati wanita tabah ini sehinggakan dia mampu bertahan dan bersabar.
Dan atas berkat keberanian, ketabahan, kesabaran dan besarnya tawakkal ibu Musa, Allah swt tidak menyia-nyiakan harapannya. Akhirnya Nabi Musa a.s dikembalikan oleh Allah swt kepada ibunya dalam keadaan yang baik-baik sahaja, bahkan kini bayi itu sudah diambil sebagai anak angkat pula oleh kerabat diraja fir’aun. Padahal, seketika tadi, orang yang paling ingin dihindari oleh ibu Musa adalah Fir’aun durjana itu.
فَرَدَدنٰهُ إِلىٰ أُمِّهِ كَى تَقَرَّ عَينُها وَلا تَحزَنَ وَلِتَعلَمَ أَنَّ وَعدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلٰكِنَّ أَكثَرَهُم لا يَعلَمونَ ﴿١٣﴾
“Maka Kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati, dan agar dia mengetahui bahawa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (13)
Betapa indahnya hakikat disebalik kisah ini. Saratnya kandungan surah ini, tidak lain melainkan sebagai tatapan dan muhasabah orang-orang yang beriman.
Tidaklah terbayang oleh kita bagaimana keadaan Ibu Musa ketika itu, betapa berkecamuk fikirannya, betapa susah hatinya memikirkan Musa yang hanyut di Sungai Nil.
Tetapi, Allah swt sebenarnya Cuma mahu melihat secebis keyakinan. Allah swt Cuma mahu mengajar sedikit sabar. Allah sekadar mahu melihat kekuatan dan ketabahan yang sebentar Cuma, sebelum Dia mendatangkan pertolongan yang tidak disangka-sangka.
Tidaklah tergambar oleh kita apa yang bakal berlaku seandainya Ibu Musa tidak memberanikan dirinya menghanyutkan Musa di Nil, tidak menetapkan hatinya dan mengikuti ilham dari Allah dan tidak sanggup berpisah sebentar dengan Musa. Bisa jadi bayi kesayangannya tidak lagi kembali kepadanya. Tetapi kerana dia tabahkan dan kuatkan juga hatinya, dan terbinalah sudah kualiti yang ingin Allah bina dalam dirinya melalui ujian itu, Allah pun mengembalikan bayinya agar dia kembali senang hati.
Demikianlah juga ujian-ujian yang mendekati kita. Ada orang diuji dakwahnya dengan tohmahan-tohmahan nista dari orang-orang yang diseru. Ada orang yang diuji dengan keluarga yang menghalang dirinya mengamalkan Islam secara syumul. Ada orang yang diuji dengan hambatan dosa-dosa silam yang membelenggu. Ada orang yang diuji dengan kekurangan masa dan kemampuan ilmu.
Kesemua ujian-ujian ini, wahai saudaraku, tidaklah lain melainkan sebentar Cuma, sehinggalah pertolongan Allah swt yang benar-benar menyenangkan datang menjelma. Pertolongan Allah swt kadangkala datang tanpa disedari. Ia datang dalam bentuk kekuatan. Ia datang dalam bentuk kewangan. Ia datang dalam bentuk sokongan dari rakan-rakan. Ia datang dalam bentuk kelapangan dan kesihatan. Boleh jadi ia tidak kelihatan seperti menyelesaikan isu, tetapi hakikatnya, itulah yang kita perlu.
Malam itu aku menangisi Qasasku. Terasa malu untuk menutup lembaran suci ini. Tetapi ada tanggungjawab besar yang menanti diri. Masih banyak hakikat Al-Qur’an ini yang belum dihayati padahal tidak ada rujukan atau petunjuk yang lebih menenangkan hati orang-orang yang bertaqwa melainkan AlQuran. Kata Allah swt,
الم ﴿١﴾ ذٰلِكَ الكِتٰبُ لا رَيبَ ۛ فيهِ ۛ هُدًى لِلمُتَّقينَ ﴿٢﴾
“Alif Lam Mim (1) Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa (2)”
(Surah Al-Baqarah)
Andai matahari masih bersinar esok hari, moga-moga ada ruang untuk hamba ini memperbaiki diri.
“Ketika mana kita menjauhi Al Qur’an, bacaan kita menjadi malas-malas, hafazan kita menjadi tidak menentu, dan amalan kita menjadi kaku, ketika itu, ertinya hati kita sedang sakit.”
Jadi kalau kita bermalas-malasan dalam mendirikan amalan membaca Al Qur’an ini, berjaga-jaga. Barangkali hati sudah beku membatu.
Malam itu aku menyambung tilawah dan tadabburku dengan surah Al Qasas. Surah ini adalah hadiah yang besar buat Allah swt kepadaku malam ini. Terlalu mahal kisah-kisah yang dihidangkan oleh surah ini. Kisah yang tidak mungkin akan luput pengajarannya hingga akhir zaman. Kisah yang terlalu besar implikasinya kepada generasi kemudian. Kisah yang didalamnya terkandung begitu banyak pengorbanan yang menggegarkan.
Kisah Fir’aun dan Nabiullah Musa a.s.
Bismillahi rrahmani rrahim.
(1 ) طسم
Tho Siin Mmiim.
Entah mengapa malam itu terasa sugul sekali. Tiba-tiba saat aku melepaskan nafas setelah membaca 3 huruf ini, dada menjadi berat. Sepertinya lidah ini tidak layak langsung untuk menuturkan ayat yang berikutnya. Kerongkongku bagaikan tersekat. Mataku jadi bergenang. Terasa panas tebing mataku. Aku berhenti seketika. Kususun semula nafasku. Dalam hati, aku merayu kepada Allah swt, ‘Duhai Rabb, izinkanlah diri yang kerdil ini membaca kalam muliaMu…izinkanlah aku mendapat manfaatnya… sekalipun aku sering menzalimi diriku…’
Aku teruskan bacaanku.
تِلكَ ءايٰتُ الكِتٰبِ المُبينِ ﴿٢﴾ نَتلوا عَلَيكَ مِن نَبَإِ موسىٰ وَفِرعَونَ بِالحَقِّ لِقَومٍ يُؤمِنونَ ﴿٣﴾
Ini ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang jelas (dari Allah) (2) Kami membacakan kepadamu sebahagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan sebenarnya untuk orang-orang yang beriman (3)
Allah….
Baris ketiga surah ini bagaikan menikam hatiku sedalam-dalamnya. Aku ulang sekali lagi kerana pandanganku kabur dek genangan air mata yang menakung di kelopak mataku.
نَتلوا عَلَيكَ مِن نَبَإِ موسىٰ وَفِرعَونَ بِالحَقِّ لِقَومٍ يُؤمِنونَ ﴿٣)
Kami membacakan kepadamu sebahagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan sebenarnya untuk orang-orang yang beriman (3)
Allah….
Tiba-tiba, terasa bagai kosong dunia sekelilingku. Mata yang sudah bergenang tadi menjadi tidak tertahan-tahan lagi. Air mata panas mula mengalir. Butir demi butir. Menitis diatas lembaran Al-Qur’an yang masih ditanganku.
Astaghfirullah. Astaghfirullah…
Layakkah untuk diri ini mendengarkan kisah ini wahai Rabb? Kerana Kau khususkan ceriteraMu buat hamba-hambaMu yang beriman…Dimanakah kedudukanku? Adakah aku dapat memasukkan diriku ke dalam ‘audiens’ yang Engkau maksudkan? Ataukah selama ini, aku cuma bertepuk sebelah tangan? Ya Allah, jadikan aku orang beriman itu ya Allah, yang Kau pilih untuk menjadi pendengar kisah ini. Yang Kau pilih untuk menjadi ‘audiens’Mu.
Dengan penuh rasa hubb (cinta), khauf (takut) dan roja’ (harap), aku meneruskan bacaanku. Moga-moga dapatku rasakan bahawa Allah swt benar-benar menceritakan kisah ini untuk diriku.
Baris demi baris, ayat demi ayat, akhirnya aku tiba di bahagian kisah dilemma ibu nabi Musa a.s tatkala Musa a.s dilahirkan dalam suasana yang menggentarkan. Fir’aun yang hakikatnya ketakutan dan kerisauan bagaikan menggila di serata negeri. Bayi-bayi lelaki dibunuh dengan kejam dan ngeri. Kegemilangan kerajaannya terbina diatas darah bayi-bayi yang tidak bersalah. Allah swt menceritakan dengan jelas dalam surah ini,
إِنَّ فِرعَونَ عَلا فِى الأَرضِ وَجَعَلَ أَهلَها شِيَعًا يَستَضعِفُ طائِفَةً مِنهُم يُذَبِّحُ أَبناءَهُم وَيَستَحيۦ نِساءَهُم ۚ إِنَّهُ كانَ مِنَ المُفسِدينَ ﴿٤﴾
Sungguh, Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil) dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir’aun) termasuk orang yang berbuat (kerusakan) (4)
Ibu manalah yang tidak gusar memikirkan keselamatan bayi lelakinya tatkala jiran tetangganya ramai yang sudah dirampas dan dibunuh bayi lelaki mereka. Tidak mampu dibayangi oleh kita, betapa besar ujian Allah keatas ibu nabi Musa as. Hari ini, ibu-ibu yang mengandung pasti mengira-ngira detik kelahiran anak mereka dan membayangkan yang indah-indah tatkala bayi telah dilahirkan nanti. Tapi ibu nabi Musa as dibayangi dan diburu ketakutan dan kerisauan. Bimbang dan susah hati, kalau bayinya lelaki, pasti kelak akan dibunuh.
Taqdir Allah swt mengatasi segalanya. Lahirlah Musa as dalam keadaan kesihatan yang baik dan sempurna. Bertambahlah gusar sang ibu, memikirkan nasib bayinya yang tercinta.
Lalu Allah swt yang terus menerus mendengar suara hati Ibu Musa mengilhamkan kepadanya jalan keluar.
وَأَوحَينا إِلىٰ أُمِّ موسىٰ أَن أَرضِعيهِ ۖ فَإِذا خِفتِ عَلَيهِ فَأَلقيهِ فِى اليَمِّ وَلا تَخافى وَلا تَحزَنى ۖ إِنّا رادّوهُ إِلَيكِ وَجاعِلوهُ مِنَ المُرسَلينَ ﴿٧﴾
Dan kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya salah seorang Rasul.” (7)
Allah…
Bayangkan. Bukanlah Allah swt mewahyukan kepada wanita ini bahawa Allah swt akan menyelamatkan bayinya dengan tiba-tiba di dalam rumah mereka.Sebaliknya, Musa a.s perlu dibawa keluar dari rumah, perlu dihanyutkan pula ke sungai yang luas. Sudahlah tentera fir’aun yang kejam sedang berkeliaran memburu mangsa. Bagaimana kalau ketika sedang membawa Musa ke sungai, mereka terserempak dengan tentera Fir’aun? Bagaimana pula kalau tentera Fir’aun menjumpai Musa a.s di tebing sungai dimana dia dihanyutkan?
Bayangkan betapa besar dilemma sang ibu ini. Betapa besar imannya kepada Allah. Bukan kecil ujian Allah keatasnya. Bayi yang baru sahaja dilahirkan, perlu dihanyutkan di sungai yang terdedah, bukan sahaja kepada tentera Firaun, malah terdedah juga kepada binatang-binatang buas disana.
Ibu Musa menggagahkan jua hatinya. Bayi comelnya dilepaskan ke sungai dengan hati yang berkecamuk. Tidaklah diketahuinya nasib dirinya, mahupun nasib bayinya. Dia Cuma berserah bulat-bulat kepada Allah swt, Tuhan Yang Maha Berkuasa. KepadaNyalah disandarkan segala harapan dan tawakkalnya. Dari jauh, sayup-sayup, jasad Musa hilang dari pandangannya. Arus begitu deras menolak bayi itu jauh dari ibunya. Hatinya yang tadi sudah yakin dengan pertolongan Allah tiba-tiba kembali gusar. Kerisauan seolah-olahnya kembali segar. Allah swt menceritakan hakikat ini dalam ayat ke-10 surah ini. Allah jualah yang meneguhkan hati wanita tabah ini sehinggakan dia mampu bertahan dan bersabar.
Dan atas berkat keberanian, ketabahan, kesabaran dan besarnya tawakkal ibu Musa, Allah swt tidak menyia-nyiakan harapannya. Akhirnya Nabi Musa a.s dikembalikan oleh Allah swt kepada ibunya dalam keadaan yang baik-baik sahaja, bahkan kini bayi itu sudah diambil sebagai anak angkat pula oleh kerabat diraja fir’aun. Padahal, seketika tadi, orang yang paling ingin dihindari oleh ibu Musa adalah Fir’aun durjana itu.
فَرَدَدنٰهُ إِلىٰ أُمِّهِ كَى تَقَرَّ عَينُها وَلا تَحزَنَ وَلِتَعلَمَ أَنَّ وَعدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلٰكِنَّ أَكثَرَهُم لا يَعلَمونَ ﴿١٣﴾
“Maka Kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati, dan agar dia mengetahui bahawa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (13)
Betapa indahnya hakikat disebalik kisah ini. Saratnya kandungan surah ini, tidak lain melainkan sebagai tatapan dan muhasabah orang-orang yang beriman.
Tidaklah terbayang oleh kita bagaimana keadaan Ibu Musa ketika itu, betapa berkecamuk fikirannya, betapa susah hatinya memikirkan Musa yang hanyut di Sungai Nil.
Tetapi, Allah swt sebenarnya Cuma mahu melihat secebis keyakinan. Allah swt Cuma mahu mengajar sedikit sabar. Allah sekadar mahu melihat kekuatan dan ketabahan yang sebentar Cuma, sebelum Dia mendatangkan pertolongan yang tidak disangka-sangka.
Tidaklah tergambar oleh kita apa yang bakal berlaku seandainya Ibu Musa tidak memberanikan dirinya menghanyutkan Musa di Nil, tidak menetapkan hatinya dan mengikuti ilham dari Allah dan tidak sanggup berpisah sebentar dengan Musa. Bisa jadi bayi kesayangannya tidak lagi kembali kepadanya. Tetapi kerana dia tabahkan dan kuatkan juga hatinya, dan terbinalah sudah kualiti yang ingin Allah bina dalam dirinya melalui ujian itu, Allah pun mengembalikan bayinya agar dia kembali senang hati.
Demikianlah juga ujian-ujian yang mendekati kita. Ada orang diuji dakwahnya dengan tohmahan-tohmahan nista dari orang-orang yang diseru. Ada orang yang diuji dengan keluarga yang menghalang dirinya mengamalkan Islam secara syumul. Ada orang yang diuji dengan hambatan dosa-dosa silam yang membelenggu. Ada orang yang diuji dengan kekurangan masa dan kemampuan ilmu.
Kesemua ujian-ujian ini, wahai saudaraku, tidaklah lain melainkan sebentar Cuma, sehinggalah pertolongan Allah swt yang benar-benar menyenangkan datang menjelma. Pertolongan Allah swt kadangkala datang tanpa disedari. Ia datang dalam bentuk kekuatan. Ia datang dalam bentuk kewangan. Ia datang dalam bentuk sokongan dari rakan-rakan. Ia datang dalam bentuk kelapangan dan kesihatan. Boleh jadi ia tidak kelihatan seperti menyelesaikan isu, tetapi hakikatnya, itulah yang kita perlu.
Malam itu aku menangisi Qasasku. Terasa malu untuk menutup lembaran suci ini. Tetapi ada tanggungjawab besar yang menanti diri. Masih banyak hakikat Al-Qur’an ini yang belum dihayati padahal tidak ada rujukan atau petunjuk yang lebih menenangkan hati orang-orang yang bertaqwa melainkan AlQuran. Kata Allah swt,
الم ﴿١﴾ ذٰلِكَ الكِتٰبُ لا رَيبَ ۛ فيهِ ۛ هُدًى لِلمُتَّقينَ ﴿٢﴾
“Alif Lam Mim (1) Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa (2)”
(Surah Al-Baqarah)
Andai matahari masih bersinar esok hari, moga-moga ada ruang untuk hamba ini memperbaiki diri.
Selasa, 30 Julai 2013
10 Perkara wajib direnung apabila tiba musibah
10 HAL YANG HENDAKNYA DIRENUNGKAN JIKA DITIMPA MASALAH DAN UJIAN..1. Yakinlah bahwa selain Kitapun juga diuji...Ada yang diuji dengan kemiskinan..
Ada yang diuji dengan harta..jabatan dan kekuasaan…
Ada yang diuji dengan istri yang berakhlak buruk..
Ada wanita yang diuji dengan suami bejat…
Ada wanita yang diuji dengan mertua jahat…
Dan terlalu banyak model ujian yang menimpa manusia...
Sebagaimana manusia-manusia yang lain yang juga ditimpa musibah/ujian yang beraneka ragam..2. Sabarlah dengan ujian yang sedang kita hadapi..Alhamdulillah kita masih bisa memikulnya...
Bisa jadi jika kita diuji dengan ujian yang lain..maka kita tidak akan mampu menghadapinya...
Yakinlah bahwa tidaklah Allah menguji kecuali dengan ujian yang mampu dihadapi oleh seorang hamba..3.Terkadang syaitan membisikkan pada kita bahwa ujian yang kita hadapi sangatlah berat..dan tidak mungkin untuk kita pikul…
Maka ingatlah bahwa saat ini masih terlalu banyak orang yang diuji dengan ujian yang jauh lebih berat dengan ujian yang sedang Kita hadapi..
4. Bukankah ujian jika dihadapi dengan kesabaran..maka akan menghapus dosa-dosa dan meninggikan derajat..??
5. Bahkan bisa jadi Allah menghendaki kita untuk meraih sebuah tempat yang tinggi di surga..yang tidak mungkin kita peroleh dengan hanya sekedar amalan-amalan shaleh kita...
Amalan shaleh kita tidak cukup untuk menaikan kita ke tempat tinggi tersebut..
kita tidak akan mampu untuk sampai ke tempat tinggi tersebut kecuali dengan menjalani ujian-ujian yang tidak henti-hentinya untuk mengangkat derajat kita..
6. Ingatlah…Dengan ujian terkadang kita baru sadar bahwa kita ini sangatlah lemah dan selalu butuh kepada Allah Yang Maha Kuasa...
Kadang kita baru mengenal yang namanya khusyu' dalam shalat…
Kita baru bisa merasakan kerendahan yang disertai deraian air mata…
Kita baru bisa merasakan nikmatnya ibadah…tatkala ujian datang…tatkala musibah menerpa..
7. Ingatlah…dengan ujian atau musibah yang menimpa kita..terkadang menghilangkan sifat ujub pada diri kita...
Karena tatkala kita rajin beribadah dan selalu mendapatkan kenikmatan..kadang timbul ujub dalam diri kita dengan merasa bahwa diri kita hebat selalu beruntung..
Jangan sampai kita salah persepsi dengan menganggap tanda kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah tidak ditimpanya sang hamba dengan musibah.. Bahkan perkaranya justru sebaliknya...
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda..
“Jika Allah mencintai sebuah kaum..maka Allah akan menguji mereka” ..(Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 146)
8. Berhusnudzonlah kepada Allah..
Yakinlah bahwa dibalik ujian dan musibah yang menimpamu..ada kebaikan dan hikmah..
Justru jika ujian tersebut tidak datang dan jika musibah tidak menimpamu..maka akan lebih buruk kondisi kita...
Allah berfirman :
“Dan boleh jadi kalian membeci sesuatu padahal ia amat baik bagi kalian”..
(QS Al-Baqoroh : 216)
9. Bahkan bisa jadi musibah atau ujian yang kita benci itu mendatangkan banyak kebaikan...
Allah berfirman:
“Maka mungkin kalian membenci sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.. (QS An-Nisaa : 19)
10. Ingatlah bahwa tidak ada istrirahat total…kegembiraaan total…Kecuali di akhirat kelak...
Selama kita masih hidup di dunia..maka siap-siaplah dengan ujian yang menghadang...
Bersabarlah…tegarlah…demi meraih ketentaraman dan kebahagiaan abadi kelak di surga...
Ada orang awam yang berkata..
“Kalau mau hidup di dunia harus siap diuji..kalau tidak mau diuji ya…jangan hidup di dunia..!!”
Ada yang diuji dengan harta..jabatan dan kekuasaan…
Ada yang diuji dengan istri yang berakhlak buruk..
Ada wanita yang diuji dengan suami bejat…
Ada wanita yang diuji dengan mertua jahat…
Dan terlalu banyak model ujian yang menimpa manusia...
Sebagaimana manusia-manusia yang lain yang juga ditimpa musibah/ujian yang beraneka ragam..2. Sabarlah dengan ujian yang sedang kita hadapi..Alhamdulillah kita masih bisa memikulnya...
Bisa jadi jika kita diuji dengan ujian yang lain..maka kita tidak akan mampu menghadapinya...
Yakinlah bahwa tidaklah Allah menguji kecuali dengan ujian yang mampu dihadapi oleh seorang hamba..3.Terkadang syaitan membisikkan pada kita bahwa ujian yang kita hadapi sangatlah berat..dan tidak mungkin untuk kita pikul…
Maka ingatlah bahwa saat ini masih terlalu banyak orang yang diuji dengan ujian yang jauh lebih berat dengan ujian yang sedang Kita hadapi..
4. Bukankah ujian jika dihadapi dengan kesabaran..maka akan menghapus dosa-dosa dan meninggikan derajat..??
5. Bahkan bisa jadi Allah menghendaki kita untuk meraih sebuah tempat yang tinggi di surga..yang tidak mungkin kita peroleh dengan hanya sekedar amalan-amalan shaleh kita...
Amalan shaleh kita tidak cukup untuk menaikan kita ke tempat tinggi tersebut..
kita tidak akan mampu untuk sampai ke tempat tinggi tersebut kecuali dengan menjalani ujian-ujian yang tidak henti-hentinya untuk mengangkat derajat kita..
6. Ingatlah…Dengan ujian terkadang kita baru sadar bahwa kita ini sangatlah lemah dan selalu butuh kepada Allah Yang Maha Kuasa...
Kadang kita baru mengenal yang namanya khusyu' dalam shalat…
Kita baru bisa merasakan kerendahan yang disertai deraian air mata…
Kita baru bisa merasakan nikmatnya ibadah…tatkala ujian datang…tatkala musibah menerpa..
7. Ingatlah…dengan ujian atau musibah yang menimpa kita..terkadang menghilangkan sifat ujub pada diri kita...
Karena tatkala kita rajin beribadah dan selalu mendapatkan kenikmatan..kadang timbul ujub dalam diri kita dengan merasa bahwa diri kita hebat selalu beruntung..
Jangan sampai kita salah persepsi dengan menganggap tanda kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah tidak ditimpanya sang hamba dengan musibah.. Bahkan perkaranya justru sebaliknya...
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda..
“Jika Allah mencintai sebuah kaum..maka Allah akan menguji mereka” ..(Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 146)
8. Berhusnudzonlah kepada Allah..
Yakinlah bahwa dibalik ujian dan musibah yang menimpamu..ada kebaikan dan hikmah..
Justru jika ujian tersebut tidak datang dan jika musibah tidak menimpamu..maka akan lebih buruk kondisi kita...
Allah berfirman :
“Dan boleh jadi kalian membeci sesuatu padahal ia amat baik bagi kalian”..
(QS Al-Baqoroh : 216)
9. Bahkan bisa jadi musibah atau ujian yang kita benci itu mendatangkan banyak kebaikan...
Allah berfirman:
“Maka mungkin kalian membenci sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.. (QS An-Nisaa : 19)
10. Ingatlah bahwa tidak ada istrirahat total…kegembiraaan total…Kecuali di akhirat kelak...
Selama kita masih hidup di dunia..maka siap-siaplah dengan ujian yang menghadang...
Bersabarlah…tegarlah…demi meraih ketentaraman dan kebahagiaan abadi kelak di surga...
Ada orang awam yang berkata..
“Kalau mau hidup di dunia harus siap diuji..kalau tidak mau diuji ya…jangan hidup di dunia..!!”
Isnin, 29 Julai 2013
DUNIA AKHIR ZAMAN : SUAMI TAAT PADA ISTERI TANDA AKHIR ZAMAN
Dari Abu Hurairah r.a bahawa Rasulullah saw. Bersabda, "jika harta rampasan perang diambil sebagai kekuasaan, amanat sebagai rampasan, zakat sebagai hutang, belajar bukan ilmu agama, suami taat kepada isterinya dan derhaka kepada ibunya, menghina temannya dan merendahkan bapanya, munculnya suara suara (ceramah) di masjid-masjid, orang fasik menjadi tuan, orang hina menjadi pemimpin, orang yang mulia kerana ditakuti kejahatannya, munculnya para wanita yang suka bersolek dan alat-alat muzik serta khamar (arak) dimimum, umat sekarang melaknat generasi sebelumnya, maka pada saat itu berhati-hatilah dengan angin merah, gempa , penenggelaman, penghapusan, dan pemuntahan itulah tanda-tanda yang berturut-turut, seperti peraturan keadaan yang terputus, lalu diikuti yang lainnya. "(HR Tirmidzi)
Dari Anas r.a. bahawa Rasulullah saw. Bersabda, "Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang bersabar atas agamanya seperti orang yang memegang bara api." (HR Tirmidzi)
Hadis di atas menunjukkan apa yang akan diperlihatkan dari sebagai ujian, musibah dan kesempitan kepada kaum muslimin sehingga mereka menyembunyikan agama atau meninggalkannya. Mungkin juga boleh kita katakan bahawa sekarang ini ramai kaum muslimin yang kembali pada agama mereka untuk menjalankan pelbagai kewajiban dan sunahnya, seolah-olah mereka asing terhadap agama yang mulia ini. Dan, itulah Islam yang merupakan benteng dari setiap masyarakat yang sesat.
Setiap kali cubaan dan musibah bertambah, manusia semakin jauh dan hati menjadi ingkar, pedoman manusia hanya untuk dunia dan sedikit sekali dari mereka yang mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya.
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman r.a. bahawa Rasulullah SAW. Ditanya tentang kiamat. Lalu, beliau bersabda, "Ilmunya hanya ada pada Tuhanku. Waktunya tidak jelas kerana hanya Dia yang mengetahuinya. Akan tetapi, aku beritahukan kepada kalian tanda-tanda yang akan berlaku menjelang kiamat itu. Sungguh, menjelang kiamat nanti akan berlaku berbagai fitnah dan haraj. "Mereka berkata," Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui fitnahnya. Lalu, apa haraj itu? "Beliau menjawab dengan lafaz orang Habsyi," Pembunuhan dan keingkaran yang akan menjumpai manusia. Seseorang tidak tahu mengapa ia membunuh orang lain. "(HR Ahmad)
Saya membayangkan bahawa turunnya hadis ini disebabkan oleh terjadinya banyak kebodohan dan keingkaran yang menyelimuti hati sebahagian kaum muslimin, lemahnya tali persaudaraan di atas kemasalahan bersama, tidak terdapat lagi orang yang mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya serta tidak ada lagi ukhuwah islamiah.
Keingkaran seperti ini akan terus bertambah setiap kali kita makin dekat dengan kiamat. Sekarang ini sebahagian besar dari kita memandang tanda-tanda tersebut dengan pandangan luaran sahaja. Bahkan, telah ada perkataan-perkataan dari orang yang menandakan keingkaran tersebut seperti perkataan sebahagian manusia, "Kesibukan adalah kesibukan, Perniagaan adalah perniagaan, bekerja adalah bekerja dan dalam bekerja tidak ada rahmat dan cinta." Semoga Allah SWT mengampuni kita dan tidak memurkai kita.
Diterjemahkan oleh Detik Islam dari sumber eramuslim.com, Wallahu'alam bissawab والله أعلمُ بالـصـواب
Rabu, 28 November 2012
AL KAUTHAR: SESUATU YANG LEBIH BAIK DARI INSURAN DAN TAKAFUL.
AL KAUTHAR: SESUATU YANG LEBIH BAIK DARI INSURAN DAN TAKAFUL.: Dengan Nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan-Nya Dari Umar r.a. katanya...
Khamis, 9 Ogos 2012
Apa Khabar Orang Kampung: Allah Hu Akhbar [gambar] Rakyat tunaikan Solat di ...
Apa Khabar Orang Kampung: Allah Hu Akhbar [gambar] Rakyat tunaikan Solat di ...: [admin] Bila Raja dan Rakyat berkumpul... hanya untuk tunduk kepada Raja Segala Raja.....mungkin ini pertama kali kut..semoga Allah ...
Langgan:
Catatan (Atom)
MEH! CUTI MATA DI BULAN RAMADHAN 2022
https://www.saudagaremas.com/site/2402/charm-sepatu
-
Adapun para wanita dunia…apakah mereka jika masuk surga akan mendapatkan bidadara sebagaimana para lelaki surga mendapatkan para bidadari...
-
Diantara barang-barang peninggalan dari bilik Rasulullah saw yang dibawa dari Madinah Munawwarah ke Turki ialah kotak Fatimah Az-Zahra’ yang...
-
A Sheikh Abdel Majid al-Zindani, merupakan pengarah projek Scientific Miracles in the Quran and Hadith, Universiti King A bdul Aziz Je...